Sunrise di pos 3
View dari pos 3 benar-benar diluar ekspektasi saya, karena
sampai di pos 3 kemarin hari sudah gelap. Pagi ini saya cukup segar dan sangat
bersyukur bisa bangun dengan kondisi sehat dan dapat view bagus setelah malam
sebelumnya saya hampir kena hypothermia. Yes, for the very first time. Jadi
saat memasak saya tidak sadar kalau saya menduduki tanah sehingga celama
belakang saya basah, karena kurang aware jadilah saya tidur dengan kondisi
celana sedikit basah. Sebelum tidur saya sempat menggil, nah disaat hampir
lelap tiba-tiba saya kepanasan sedangkan badan saya dingin sekali, untungnya
tidak terlalu lama sehingga saya kembali sadar dan lanjut tidur. (Thanks to
Dira and Faaiq for Saving me). View dari pos 3 ini sindoro dan sumbing kembali
terlihat, dan view di belakan adalah pos pemancar.
Pos 3 – Pos 4 Pemancar (2 Jam)
Dari bawah sudah terlihat kalau track menuju pemancar ini
sangat luar biasa. Fisik harus tetap fit dan mental juga tidak boleh drop. Jam
10 kami meninggalkan pos 3, menuju pemancar. Track menaiki punggungan dan
tanjakan yang tidak ada habisnya, disini kesabaran kita benar-benar diuji.
Karena pemancar yang menjadi patokan kadang terlihat kadang tersembunyi karena
jalurnya lumayan memutar. 2 jam perjalanan normal yang di butuhkan untuk ke
pemancar, namun saya berlima (plus mangku) yang kembali terpisah dari tim
membutuhkan waktu kurang lebih 3 jam untuk sampai di pemancar. Sayangnya, kabut
turun saat kami di pemancar sehingga viewnya tidak terlihat bagus
Pos 4 Pemancar –
Puncak (3-4 Jam)
Gunung merbabu memang terkenal dengan 7 summitnya, gunung
ini memiliki banyak puncak. Karena keterbatasan waktu kami hanya summit ke
Klenteng Songo dengan ketinggian 3124 MDPL. Jangan ditanya tracknya seperti
apa, berkali-kali mendaki dan menuruni lembah.
Well, disini saya sedikit bingung. Merbabu ini punya jalur
yang diberi nama jembatan setan, dari peta jalur yang ada di basecamp Jembatan
Setan ini kita lewati sebelum persimpangan antara puncak syarif dan kawah,
sedangkan di internet banyak informasi yang mengatakan kalau jembatan setan itu
tebing yang cukup terjal yang terdapat sebelum puncak. I don’t know which one
is true yang pasti jalur yang paling menakutkan itu adalah sepanjang jalur
pemancar dan puncak.
Yang pernah ke merbabu Via chuntel ataupun tekelan pasti
tahu sebelum puncak kita kan melewati tebing yang mengharuskan kita merayap dan
sedikit climbing. Nah disini saya punya pengalaman kurang mengenakkan. Sebelum
tebing itu saya dan faaiq sempat berhenti menunggu yang lain, faaiq menunjuk
kea rah puncak dan bilang terdapat 2 jalur ke puncak, nah dia ingin mengajak
saya untuk melewati jalur sebelah kanan, jalurnya lebih pendek namun amat
sangat terjal.
Sayapun berhasil melewati jalur tebing yang hanya bisa
dilewati satu orang dengan posisi jalan badan harus merayap mempel ke dinding
tebing. Seperti yang di bilang faaiq saya di ajak menaiki jalur sebelah kanan,
saya sudah bilang kalau saya sangat takut dan tidak yakin bisa melewati jalur
ini. Namun saya tetap mencoba hingga beberapa meter sebelum atap tebing saya
stuck dan tidak bisa bergerak kemana-mana. Saya panik dan mulai menangis,
bayangkan saya stuck di dinding tebing yang sama sekali tidak ada kemiringan,
dengan ketinggian hampir 5 meter dan di bawah saya mulut jurang siap menyambut
saya kalau sampai saya salah pijakan dan sayapun masih memakai carrier. Faaiq
yang niat awalnya mengajak saya kesana agar saya bisa melawan rasa takut
ketinggian, tapi saya sama sekali tidak punya pengalaman climbing sedang
climbing merupakan salah satu hobbynya. Akhirnya sayapun diselamatkan oleh
mangku. (Thanks to Mangku).
Nyangkut di Tebing |
10 menit dari tebing akhirnya kami menginjakkan
kaki di puncak merbabu. Syukurlah, cuaca cerah dan awan-awan cantik menyambut
kami disana.
Puncak Merbabu
Merbabu,
April 22, 2017
To be Continued
No comments:
Post a Comment