Sesuai judul kali ini saya akan
bercerita tentang pengalaman di salah satu sisi di lembah salak, tapi bukan
hilang beneran yah, Cuma perjalanan menuju curug yang biasa tapi melalui jalur yang tidak
biasa. Perjalanan berawal dengan kejenuhan saya yang sudah lama tidak
berkunjung ke tempat yang hijau-hujau. Berhubung weekend sehabis lebaran masih
suasana liburan dan memulai honeymoon trip, sekalian silaturahmi ke salah satu
teman yang ada di Salak, jadilah saya dan suami berangkat tanpa persiapan
apa-apa.
Perjalanan dimulai jam 2 siang
dari Jakarta menuju desa Tenjolaya. Biasanya kalo ke Salak saya selalu ke
daerah Pasir Reungit karena disana banyak Curug dan juga jalur menuju kawah
ratu. Di desa Tenjolaya ini saya baru 2 kali kesana, ke salah satu tempat
camping dan curug juga yaitu di Arca Domas. Nah, salak ini kan terkenal banget
dengan banyaknya Curug jadi saya dan suami mencoba untuk explore lebih banyak
lagi curug yang ada disana.
Jam 5 sore kamipun sampai di
basecampnya babeh (ig @kopihitampekat) yang dikenal dengan saung abah olot.
Untuk menuju kesini patokannya gampang sekali yaitu indomaret tenjolaya,
sebelum indomaret ada belokan ke kiri, lalu ikuti jalan lurus terus sampai ke
atas. Bisa ditanya ke orang sekitar tempat babeh atau saung abah olot. Kami
yang tidak bawa tenda karena memang si babeh menawarkan menginap di tempatnya
saja. Saung abah ini merupakan parkiran terakhir sebelum Camp Area (di camp
area juga bisa parkir actually).
Bangun pagi-pagi dengan suasana
sejuk pegunungan tentu siapapun yang ada disana
pasti sangat menikmati suasana ini.Setelah ngopi dan sarapan, jam 9 kami
siap-siap memulai perjalanan explore curug kali ini. Nah, perjalanan kali ini
cukup seru karna saya dan suami dianter 4 orang temannya babeh (Dadan, Adul,
Neneng dan Indri). Babeh sendiri tidak bisa join karena harus stand by disaung
abah, takutnya ada tamu yang berkunjung.
Curug Gong
Menyusuri sawah dan hutan pinus,
pemberhentian pertama kami adalah curug Gong. Curug ini Cuma berjarak 10 menit
jalan kaki dari saung abah. Tempatnya agak turun ke bawah, disini saya tidak
turun karena sempat terpeleset dan turunannya lumayan curam.
Curug Gong |
Curug Kiara
Setelah liat-liat sebentar di
Curug Gong, tujuan berikutnya adalah Curug Kiara. Menuju Curug Kiara dari Curug
gong kita akan melewati camp area yang cukup besar, lalu ke hutan pinus yang
cukup menanjak. Disini saya sudah ngos-ngosan karena tidak ada latihan fisik
sebelumnya, di tambah lagi kemarin sore sebelum kesini sempat kehujanan,
jadilah saya minta jalan pelan-pelan agar tidak drop. Setelah menyusuri
tanjakan dan turunan, nanti akan ada persimpangan jalan. Lurus terus menuju
curug ciputri sedangkan curug Kiara turun ke bawah, ke lembah yang cukup curam
dan licin. Disini harus ekstra hari-hati karena jalurnya licin dan pohonnyapun
masih rapat-rapat. Jarak tempuh dari Gurug Gong sekitar 30 menit.
Next stop yaitu Curug Ciampea.
This is the hardest part, jadi Curug Ciampea ini posisinya di seberang bukit
Curug Kiara, jadi kita harus melewati bukit itu dulu. Kalau lewat jalur
konvensional artinya kita akan balik lagi ke Camp Area dan saung abah, karena
pintu masuknya ada di belokan jalan sebelum saung abah which is akan makan
waktu lagi. Karena waktu saya disana Cuma seharian, jadilah saya di ajak untuk
lewat jalur yang tidak biasa. Saya merasa aman karena kami bawa HT dan golok in
case harus geser-geserin tumbuhan yang menutup jalur. Apalagi di antar oleh
orang sana, jadi kemungkinan untuk nyasar gaterlalu gede (PS: Jangan ditiru
tanpa ada orang yang sudah paham jalur disana). Perjalanan dimulai menyeberangi
sungai yang di aliri dari Curug Kiara, setelah sampai di pinggir sungai kami
melewati semak-semak yang lumayan tinggi. Dadan dan Adul bergantian memimpin di
depan. Sedangkan kami berempat mengikuti di belakang pelan-pelan.
Semak-semak menuju Curug kiara |
Setelah jalur
semak terlewati, penyiksaan selanjutnya adalah hutan bambu, nah disini lumayan
serem banyak nyamuk dan serangga yang super gede. Jalanannyapun tertutup bambu
yang sudah kering, berbekal insting dan arah matahari (beberapa titik tidak
kena sinar matahari saking lebatnya) kami melanjutkan perjalanan dengan
meneroboh hutan bambu tersebut.
Setelah sampai di puncak bukit kita akan melewati lapangan, dari curug Kiara menuju lapangan ini memakan waktu sekitar 30 menit.
Adul Membersihkan Jalur Agar Bisa Dilewati |
Setelah sampai di puncak bukit kita akan melewati lapangan, dari curug Kiara menuju lapangan ini memakan waktu sekitar 30 menit.
Baru setelah melewati lapangan
kita akan bertemu jalur normal. Disini sudah banyak wisatawan yang kami temui.
Dari lapangan menuju curug Ciampea memakan waktu sekitar 30 menit juga.
Hutan Pinus Sebelum Curug Ciampea |
Finally, Curug Ciampea
Menuju Curug Ciampea ini kita terlebih dahulu menuruni bukit karena posisinya ada di lembah antara dua bukit.
Curug Ciampea dari Atas Bukit |
Curug Ciampea ini terdiri dari beberapa rangkaian curug. Well karena kami kesana pas weekend jadi banyak
banget wisatawan yang dating. But its okay karena capek-capek di perjalanan
terbayarkan oleh beberapa curug sekaligus.
Setelah menikmati kopi dan indomie, plus mandi-mandi jam 2 siang kamipun turun. Oh iya, disini harus hati-hati sama pacetnya yang lumayan aggressive haha
Setelah menikmati kopi dan indomie, plus mandi-mandi jam 2 siang kamipun turun. Oh iya, disini harus hati-hati sama pacetnya yang lumayan aggressive haha
Jangan sedih dulu, kirain jalur
turun kami akan dibawa ke jalur biasa. Namun kejutan tidak berhenti disitu
saja, untuk turun kami lewat jalur yang berbeda lagi. Sebelum belokan menuju
lapangan, kami melipir kekiri sedikit, menuruni semak-semak yang lumayan
tinggi. Karena sore kabut turun disertai hujan jalur yang kami lewati sangat
basah dan licin dan dengan badan yang sudah basah kuyup kena hujan. Belum cukup
sampai disitu, setelah semak-semak kami bertemu lagi dengan hutan yang lumayan
rapat, lalu turun menuju sawah. Satu lagi tantangannya, untuk kembali ke jalur
penduduk, di sekitaran sawah kami harus melewati rawa-rawa yang ditumbuhi
rumput yang cukup tinggi. Pikiran saya saat itu gimana biar bisa lewat
secepatnya tanpa menginjak sesuatu yang aneh-aneh seperti ular atau binatang
lainnya. Syukurlah saya tidak kenapa-napa.
Well, setelah sawah kita sudah
bertemu beberapa rumah penduduk, tapi untuk kembali ke saung kami harus
melewati satu tanjakan lalu menyeberangi sungai dan satu tanjakan lagi menuju
jalanan besar sebelum saung abah. sumpah
rasanya saya ingin maki-maki adul dan dadan karena diajak lewat sini ahaha tapi
karena memang kita memotong jalan jadinya tidak butuh waktu lama untuk kembali
ke saung. It was one challenging yet amazing experience since biasanya kalo ke
curug selalu lewat jalur yang sudah ada.
Well, thank you so much buat
Adul, Dadan, Indri dan Neneng serta Babeh buat servicenya selama saya disana.
Sampai bertemu lagi dilain waktu :)
No comments:
Post a Comment