Cinta tanpa syarat itu memang nyata adanya.
Disini saya akan bercerita tentang perjuangan sepasang Suami istri yang
menginginkan kehidupan anaknya lebih baik daripada kehidupan mereka. Sang Suami
hanya lulusan SMP, walaupun melanjutkan ke jenjang STM (Sekolah Teknik
Menengah) namun Beliau tidak mendapatkan ijazah disana karena berhenti di
tengah jalan. Beliau yang terlahir dari keluarga yang lumayan berada memutuskan
untuk melanjutkan bengkel yang sudah berdiri semenjak beliau SMP. Tidak banyak
protes dari Ayah beliau karena beliau merupakan anak laki-laki satu-satunya
dari 10 bersaudara. Sang istri anak ke-4 dari 6 bersaudara yang terlahir dari
keluarga pas-pasan. Beliau di sekolahkan tantenya sampai SMA namun tidak sampai
lulus. Sama seperti sang Bapak, beliau juga hanya mempunyai Ijazah SMP. Singkat
cerita, mereka memutuskan menikah. Pernikahan yang awalnya ditentang keluarga
sang suami karena perbedaan latar belakang keluarga. Sang suami memutuskan
untuk mengajak istrinya merantau ke Jakarta, melepas semua harta orangtuanya
dan berjuang dari awal lagi dengan sang istri. Jadi supir angkot, supir taksi
dan segala macam akhirnya dilakoni sang suami agar bisa menafkahi istri.
Beberapa tahun kemudian ketika sang istri hamil
mereka memutuskan untuk kembali ke kampung. Anak pertama merekapun lahir.
Perlahan restu pun di dapat dari keluarga sang suami karena kehadiran cucu
pertama mereka dari anak laki-laki satu-satunya. Merekapun memulai kehidupan di
kampung, perlahan-lahan usaha mereka membuahkan hasil. Berkat sang suami yang pekerja
keras dan sang istri yang juga pekerja keras dan pintar mengatur keuangan
keluarga kehidupan mereka membaik. anak
ke-2 dan ke-3 lahir. Semuanya perempuan. Merekapun masih terus berusaha,
beberapa anak yatim dan saudara yang tidak mampu di ajak untuk tinggal kerumah
sehingga rumah mereka tidak pernah sepi. Hal yang patut kita contoh dari
mereka, memberi tanpa harap menerima. Sang istri selalu bilang, “Rejeki dating dari
banyak pintu, mungkin saat ini rejeki mereka ada dari saya.”
Kebahagiaanpun bertambah dengan kehadiran bayi
laki-laki di kehidupan mereka. Penantian yang akhirnya membuahkan hasil, karena
keinginan sang bapak yang menginginkan bayi laki-laki tangguh sepertinya. Tapi,
kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Seketika sang istri mengalami sakit.
Sakit yang membuat sang istri hampir putus asa. Disinilah kesetiaan mereka di
uji. Apa yang sudah di bangun belasan tahun harus direlakan satu persatu. Sang
suami memutuskan untuk menutup beberapa usahanya, dan hanya fokus untuk satu
usaha agar tetap menghasilkan uang untuk biaya pengobatan istri dan sekolah
anak-anaknya. Sisa waktunya dihabisakan untuk menghibur sang istri, setiap sore
sang suami mengajak istri dan anak-anaknya untuk keluar, bermain ke
tempat-tempat wisata agar sang istri tidak terlalu memikirkan penyakitnya. 2
tahun tersulitpun berlalu, sang isitri perlahan sembuh. Kabar bahagia lagi,
sang istri hamil dan melahirkan anak ke-5 dan laki-laki. Blessing in disguise idiom yang cocok menggambarkan mereka saat
itu.
Bulan pun berlalu, di tahun yang sama anak pertama mereka harus berangkat
kuliah saat itu, sedangkan kondisi keuangan mereka belum pulih, namun tekad
sang anak dan keras kepala sang suami yang menginginkan semua anak-anaknya
mendapatkan pendidikan yang layak, anaknya pun berangkat. 3 setengah tahun perjuangan mati-matian suami
istri tersebut membuahkan hasil, anak pertama diwisuda di bulan Juli 2013,
tepat di bulan ulang tahun pernikahan mereka ke 23. Dan bulan ini, tepat di
ulang tahun mereka ke 28 anak kedua juga sudah berhasil di wisuda. Cinta tak
bersyarat, dari ketulusan seorang suami kepada istri, begitupun sebaliknya.
Serta cinta mereka yang tidak bersyarat ke semua anak-anaknya termasuk saya.
Iya, suami istri itu adalah bapak dan ibuk saya. Laki-laki yang mempunyai
kepala dan tekad sekuat baja, dan perempuan pekerja keras yang mempunyai sabar tiada
batas seperti samudera. Kasih sayang dan cinta mereka yang tak bersyarat, yang
memperjuangkan anak-anaknya agar mempunyai kehidupan lebih baik dari mereka.
Ma, Pa, selamat ulang tahun pernikahan ke 28
tahun lewat 5 hari. Cinta mama dan papa kepada kami anak-anak kalian tiada bisa
terbalaskan. Semoga kami bisa dan selalu bisa membuat mama dan papa bangga.
Love from the oldest :)
No comments:
Post a Comment