Here the story goes, Just like
I’ve said before, naik gunung dulu cuma sebatas angan-angan buat saya. Kondisi
fisik serta izin orang tua menjadi alasan utama kenapa dari dulu saya tidak
pernah ikut organisasi-organisasi pecinta alam di kampus maupun di SMA. Well, I
didn’t expect too much when it comes this far. Dalam setahun ini akhirnya saya
bisa dua kali naik gunung. Here, I’ll tell you pendakian saya yang ke tiga.
Hey Sumbing :) |
Berawal dari ajakan teman kuliah saya
bulan oktober untuk melakukan pendakian bulan November. Pilihan pertama adalah
sindoro dan yang akan berangkat adalah 15 orang. Beberapa hari setelah tiket
kereta dipesan terdengar kabar sindoro kebakaran dan semua pendakian ditutup,
plan pun berpindah ke merbabu yang sebenarnya juga kebakaran dan pendakian
ditutup namun nanti akan dibuka lagi awal November. Everything was okay until
two days before the day, we haven’t heard any news about Merbabu. Banyak isu
yang mengatakan bahwa pendakian masih ditutup. Saya panik, dan langsung
flashback ke beberapa bulan yang lalu saat planning ke Karimun Jawa gagal total
karena angin yang membuat kapal tidak bisa berlayar ke Karimun Jawa padahal
tiket kereta sudah dipesan. Tak mau lagi kejadian seperti itu terulang akhirnya
setelah Aldo (sebagai team leader) memberikan beberapa option terpilihlah
Gunung Sumbing sebagai pilihan terakhir untuk didaki.
Awalnya saya sedikit ragu, karena
seharian blog walking tentang sumbing, semua membahas tentang beratnya track
beserta mitos-mitos luar biasa yang membacanya saja membuat saya cukup
merinding. Saya yang latihan fisiknya sangat terbatas karena berbarengan dengan
one month notice mau resign dari kantor cukup takut dan berkali-kali mikir
“bisa ga ya?” Dan keputusanpun sudah
bulat berangkat ke Sumbing dengan personil sisa 7 orang (Aldo, Faiq, Mangku,
Tyo, Dira, Mellie dan saya sendiri) setelah satu persatu teman yang lain
mengundur kan diri. Dari ketujuh orang inipun cuma Aldo dan Faiq yang memang
sudah berpengalaman sebelumnya. Sisanya rata-rata cuma pernah naik gunung,
bahkan salah satu yang berangkat, pendakian kali ini adalah pendakian pertama.
November 4 - 5 2015
Hari pertama jam 21.00 kumpul di
tempat saya sebagai meeting point untuk repacking. Setelah semua persiapan selesai
menuju stasiun pasar senen. Singkatnya jam 5 subuh sampai di stasiun pekalongan
dan melanjutkan perjalanan menuju Wonosobo menggunakan mobil carteran.
Lets Start the Journey |
Kita melakukan pendakian melalui
basecamp Garung, karena memang menurut beberapa blog rute ini lumayan banyak
peminatnya dan lebih mudah dari dua rute lainnya.
Basecamp |
Peta Jalur |
Sindoro |
Setelah kembali repack dan
memastikan semua persiapan dirasakan lengkap setalah shalat dzuhur kami
berangkat. Oh ya, dari basecamp garung ini menuju puncak Gunung Sumbing
terdapat dua jalur, jalur baru dan jalur lama. Kami naik menuju jalur lama dan
turun menuju jalur baru.
Basecamp – pos 1 Malim (15 Menit
naik ojek)
Dari basecamp menuju pos 1
menggunakan ojek (Rp. 25.000,- per orang). Alternative lain jalan kaki selama
1-2 jam. Mungkin bacanya enak, tapi pas merasakan sendiri naik motor trail
posisinya dibonceng di depan dengan jalur tanjakan semua selama 15 menit. I
clearly declare it will be my last time trying that stuff.
Beginilah Kira-kira Posisinya
Pos 1
Pos 1 Malim – Pos Genus 2
(pendakian super santai karena kebanyakan break 1-2 jam)
Perjalananpun dimulai, seperti
yang dibilang orang-orang yang pernah naik gunung, Sumbing itu salah satu
gunung yang memang susah di daki dan pendakian yang tidak ada bonusnya.
Maksudnya tidak ada bonus karena memang sepanjang perjalanan selalu menanjak
terus-terusan.
Menuju Pos 2
Nah, dari pos satu menuju pos dua ini jalanannya memang menanjak
tapi masih dibilang enak. Saya sempat sedikit drop efek penyesuaian badan dan
efek tidak tidur semalaman. Setelah satu jam lebih menanjak akhirnya sampai pos
2. Pos 2 itu hanya tempat datar sedikit untuk istirahat. Kita tidak bisa
mendirikan tenda di pos 2.
Pos 2 |
Pos 2 Genus – Pos 3 Sedelupak
Roto
Nah, ini awal penderitaan selama
pendakian. Memang dibanding pendakian saya sebelumnya kali ini benar-benar jauh
lebih berat. Dari pos Genus ini perjalanan semakin menanjak, karena untuk
menuju pos 3 dari pos dua kita harus melewati engkol-engkolan. Dari review
blog2 lain yang saya baca, engkol-engkolan ini merupakan jalur yang paling
menyebalkan selama pendakian. Bagaimana tidak, jalur yang merupakan jalur tanah
gembur berpasir dan basah. It was really steep and tricky. Disini memang harus
sangat hati-hati, karena jalurnya benar-benar licin. Ini juga merupakan salah
satu mendaki dengan lutut ketemu dagu. Saya disini sempat drop dan meminta faiq
untuk membawakan carrier saya (thanks to you aki-aki).
Penampakan Engkol-engkolan
Pendakian yang berasa
lama sekali dan tak habis-habis karena kabut dan gerimispun mengiringi
pendakian. Tenagapun terkuras, dan mental saya sedikit drop takut tidak sanggup
melanjutkan pendakian. Penderitaan pertamapun berakhir setelah akhirnya
menemukan sebuah tempat lega untuk mendirikan tenda dan ternyata memang pos 3
Sedelupak Roto dan berbarengan dengan azan magrib.
Setelah mendirikan tenda dan
masak-masak pertama ditutup dengan kesimpulan sukses mencapai target yang sudah
ditentukan sesuai dengan planning awal.
To be continued
No comments:
Post a Comment