Setelah proses pengumpulan nyawa
dan beres-beres jam setengah 5 kamipun melanjutkan perjalanan ke tujuan
terakhir. Puncak Gunung Sumbing 3371 MDPL. Seperti yang saya katakan
sebelumnya, kali ini saya benar-benar harus sampai puncak. Walaupun sama sekali
masih tidak menyangka, I’ve done this far.
perjalanan menuju puncak sangat tricky.
Bayangkan jalur batu, licin karena gerimis beserta kabut pagi, gelap dan engap
membuat susah bernafas karena kabutnya, serta kedinginan karena suhu udara pagi
di puncak gunung itu sama sekali tidak lucu.
Berjalan terseok-seok plus
semangat dan tekat yang sama yaitu sampai puncak dengan selamat. Puncak gunung
sumbing ini terdiri dari dua bagian. Puncak kawah dan puncak buntu. Puncak kawah
ini merupakan titik tertingginya yaitu 3371 MDPL. Sekitar setengah jam menanjak
dipertengahan nanti akan ada plang namanya tanah putih. Melihat plang tersebut
tentu membuat semangat saya semakin tinggi.
Perjalananpun terus dilanjutkan
memanjat batu-batu licin. Dan akhirnya sampai lah pada pertigaan papan
petunjuk. Dari sana kita bisa memilih puncak kawah atau ke puncak buntu. Kami
memilih ke puncak kawah dengan melanjutkan perjalanan ke kanan.
Dari pertigaan plang itu untuk
menuju puncak tidak lama. And finally we
are on the top of Mount Sumbing 3371 MDPL. GUNUNG TERTINGGI KE-3 DI PULAU
JAWA UNTUK PENDAKIAN SAYA YANG KE-3.
Puncak Kawah
Perjalanan turun
Well, perjalanan turunpun punya cerita tersendiri. Setelah selesai summit attack kita makan dan beres-beres
lagi untuk pulang. Another torturing
happen here, sesaat setelah membongkar tenda, alam kembali memusuhi kami.
hujan pun turun dengan derasnya. Hari ketiga digunung tentu saja fisik sudah
tidak seprima hari pertama. Kami semua sudah mulai tumbang satu persatu.
Hujanpun masih terus turun namun kami tetap memaksakan turun mengejar kereta
untuk pulang ke Jakarta. Perjalanan dari Watu Kotak menuju Pestan tidak selama
menanjak. Saya dan Faiq turun duluan dan di pestan bertemu dengan pendaki lain
yang sedang istirahat. Sambil menunggu teman-teman yang lain kamipun
ngobrol-ngobrol dengan mereka. Ternyata rombongan pendaki ini naik dari jalur
baru. Setelah berbagai pertimbangan dan menanyakan kondisi jalur baru kepada
para pendaki tersebut kamipun memutuskan untuk turun dari jalur baru karena
sangat menghindari turun melewati engkol-engkolan.
Nah jalur baru ini, tingkat
kesulitannya beda lagi. Kalau di jalur lama medannya variatif tapi di jalur
baru cuma ada satu medan, jalur tanah DAN SEMUANYA MENANJAK. Jalur yang boring sekali untuk naik namun berguna untuk
turun karena kita bisa berlari atau sambil main perosotan.
Kesimpulannya jalur baru ini recommended untuk turun. Namun saking
panjangnya jalur tersebut sayapun jenuh melihat turunan. Oh ya, katanya di
jalur ini ada sungai di bawah sebelum pos
1 kalau kita dari basecamp.
Setelah turunan yang tidak ada habisnya, kondisi fisik yang sudah drop,
hutan yang semakin gelap saya dan faiq berlari duluan mengejar aliran sungai. And well what did we get? Alirannya
kering dan airnya coklat. Haripun semakin gelap, saya dan Faiq kembali berlari turun
mengejar waktu untuk mencapai ladang penduduk. Nah, disini saya mendapat kejutan
yang luar biasa. Tiba-tiba Faiq menyuruh saya berhenti and he said “Geb, liat deh, keluar hutan dan disambut beginian itu
rasanya gimana?” sayapun berhenti dan melihat apa yang dimaksud. Dari depan
persis terlihat gunung sindoro dengan gagahnya terselimuti awan dari pinggang
kebawah. Dan persis di depan kaki tempat kami berdiri kabut seolah berada
dibawah telapak kaki dan sayapun menyahut rasanya ingin berenang melihat awan
dibawah kaki seperti lautan. I am not
gonna share the picture in here, let me be selfish to just keep it only in my
memory (padahal emang lupa foto saking merindingnya) Disekitar kamipun
kabut-kabut tipis menyelimuti pohon-pohon dan ya kami telah sampai di ladang
penduduk dan istirahat sebentar menunggu teman-teman yang lain.
Setelah semua lengkap perjalanan
kembali dilanjutkan. Dari sepanjang jalur turun perjalanan terakhir ini menurut
saya yang paling melelahkan. Melewati ladang-ladang penduduk dengan kondisi
hari sudah gelap dan tenaga terkuras habis. Sempat berkali-kali terjatuh.
Kurang lebih 2 jam menyusuri ladang hingga akhirnya sampailah kami kembali ke
Basecamp dengan selamat.
Turun Dari Puncak
Sungguh perjalanan yang luar
biasa.
Detail Perjalanan
Day 1-2
Jakarta – Pekalongan 23.00 –
04.30
St. Pekalongan – Wonosobo
(Basecamp Garung) 5 Jam 06.00 – 11.00
Basecamp Garung – Pos 1 Malim 15
Menit (Ojek) 14.15 – 14.30
Pos 1 Malim – Pos 2 Genus 1,5 Jam
14.30 – 16.00
Pos 2 Genus – Pos 3 Sedelupak
Roto 2 Jam Lebih (Lewat Engkol-engkolan) 16. 00 – 18.15
Day 3
Pos 3 Sedelupak Roto – Pestan 1
Jam 13.00 – 14.00
Pestan – Pasar Watu 1 Jam 14.00 –
15.00
Pasar Watu – Watu Kotak 1 Jam
15.30 – 16.30
Day 4 Summit
Watu Kotak – Tanah Putih 1
Jam 04.30 – 05.30
Tanah Putih – Plang Pertigaan
Puncak 30 Menit 05.30 – 06.00
Plang Pertigaan – Puncak 30 Menit
06.00 – 06.30
Note: Ini speed kita dibawah
rata-rata karena memang sering break!
Untuk transport dari Pekalongan
ke Wonosobo Bisa hubungi Mas Nedi 0857-4029-5111 Kemarin kita dapat mobilnya
Avanza jadi padat sekali untuk 7 orang beserta carrier masing-masing dengan
harga Rp. 500.000,- (Exc; Makan dan tips driver)
Transport dari Wonosobo ke
Semarang (Kita pulang lewat semarang) bisa hubungi calya wisata 0856-0009-6011
dan 0852-0009-6334 mobilnya minibus bisa muat sampai 10 orang dengan harga Rp.
600.000,- (Exc: Makan dan Tips Driver)
Thanks to Aldo for indescribable journey,
thanks to Faiq partner masak, partner turun dan berkali-kali direpotkan oleh
saya haha thanks to mangku tyo semoga next trip beo lengkap, dan thanks to mellie
dan dira kalian luar biasa. Dan makasih juga buat Resti, walaupun tidak jadi join
tapi sudah sangat membantu mencarikan kita mobil untuk pulang J
Travelled at November 4 – 8 2015.
Mantapp kakak, lengkap banget ceritanya...
ReplyDeletelanjutkan berkarya .. ^^
Siaap kak, terima kasih sudah mampir yaa :)
ReplyDelete