Wednesday, November 11, 2015

“3371 MDPL” Pendakian Sumbing Part 2

Pos 3 Sedelupak Roto

I woke up like this, tagline ini benar-benar cocok rasanya untuk membanggakan kalau saya baru saja bangun tidur di hotel sejuta bintang. Walapun malam sebelumnya tidur tentu saja tidak senyenyak dirumah namun saat bangun subuh dan disapa gunung Sindoro dan Slamet dari seberang saat membuka tenda itu rasanya luar biasa.


Pagi dimuai dengan foto-foto, masak memasak dan istirahat sebentar kemudian dilanjutkan dengan packing untuk menuju pos selanjutnya. Perjalanan masih panjang, mental dan fisikpun harus kuat.








Pos 3 Sedelupak Roto – Pestan kurang lebih 1 jam

Setelah semua siap perjalanan dilanjutkan menuju pos-pos selanjutnya. Target hari kedua adalah camp di watu kotak. Menuju watu kotak kita melewati pestan dalam Bahasa jawa pekan setan (tidak perlu lah ya saya bahas kenapa namanya pestan). Dari sedelupak roto menuju pestan hanya sekitar 30 menit-1 jam menanjak. Pestan itu tempat seperti sabana yang luas namun tidak cocok untuk mendirikan tenda karena angin. Disini kami memutuskan untuk break sebentar dan berfoto-foto.





Pestan – Pasar Watu kurang lebih 1 jam

Dari pestan menuju pasar watu jalurpun mulai berganti. Jalur lama Garung ini sangat variatif, dari yang awalnya ladang penduduk, hutan dengan jalur tanah, tanah gembur engkol-engkolan dan dari pestan sampai keatas semuanya berbatu. Agak lumayan sulit karena hujan, batu-batunya pun licin sehingga benar-benar harus berhati-hati memilih jalan.



Sampai dipasar watu saya merasa semangat saya kembali naik. Disini benar-benar viewnya luar biasa. Breathtaking. I don’t know how to say, tapi saya benar-benar termotivasi untuk harus sampai puncak karena setengah jalan saja viewnya sudah bagus sekali, apalagi puncaknya. Walaupun kata orang gunung sumbing ini tracknya tidak ada bonus tapi menurut saya bonus yang benar-benar bonus adalah view sepanjang jalan. It was really hard to believe that I was there witnessing a lil piece heaven on earth.








Dipasar watu kami memutuskan untuk istirahat makan.



Pasar watu – watu kotak kurang lebih 1 jam

Here another torturing began, setelah mengisi kembali tenaga perjalanan pun dilanjutkan menuju watu kotak. Sampai saat itupun perjalanan masih sesuai target. Hingga akhirnya unpredictable thing happen. Dengan semangat yang masih menyala-nyala watu kotakpun sudah terlihat. Watu kotak itu batu yang sangat besar dan berbentuk kotak dan terlihat dari jauh. Beberapa langkah lagi menuju watu kotak hujanpun turun dengan derasnya. Disini saya kembali drop. Dari awal memang saya sudah tekankan pada Aldo bahwa musuh utama saya adalah melawan dingin. Nah, di belakang watu kotak ini terdapat sebuah cerukan kecil untuk berteduh. Disini pun berbagai hal kami lakukan untuk menghangatkan badan. Mulai dari menyalakan api, tetap menggerakkan tubuh, duduk berdempetan sampai yang paling ekstrim saya minta digampar oleh Dira berkali-kali namun tetap saja tidak merasakan apa-apa. Disini saya benar-benar sudah drop sekali. Hujanpun masih belum memperlihatkan tanda-tanda berhenti. Hari semakin gelap, akhirnya rombongan cowok memutuskan untuk segera mendirikan tenda sedikit keatas dari tempat kami berteduh. Sedangkan kami yang cewek-cewek tetap menunggu dibawah sambil memasak. Ah ya kalo mau camp di Watu Kotak ini tempatnya terbatas, cuma ada beberapa slot di celah-celah bebatuan so you have to make sure apakah ada pendaki lain yang sudah mendirikan tenda disini agar tidak harus turun lagi untuk nge-camp.

Selalu ada hal indah yang terjadi setelah badai. Kali ini saya diberi hadiah sama Allah dengan melukiskan saya sebuah senja yang paling bagus yang pernah saya temui. I’ve told you right? Saya benar-benar penggila senja sampai nanti maunya dilamar pas lagi senja. Tentu saja ini adalah hadiah yang paling indah yang terjadi pada hari itu.



Merekam Senja




After seeing the majestic view of sunset semangat saya kembali terisi. Tendapun sudah selesai berdiri, setelah beres-beres dan ganti baju lagi saya dan faiq sebagai seksi permasak-masakan menjalankan tugas kami dengan memasak semua masakan untuk makan malam dan untuk persiapan besok untuk summit attack. Masak-memasakpun selesai jam setengah dua malam dan melanjutkan tidur di hotel sejuta bintang untuk dibangun-kan lagi jam 3 subuh. LUAR BIASA.

To be continued


No comments:

Post a Comment