Halo para traveller, dalam tulisan ini saya akan membahas tentang pesona alam di Danau Toba beserta Ragam Budaya di Pulau Samosir, Parapat Sumatera Utara.
Beberapa waktu yang lalu saya yang berprofesi sebagai akuntan publik mendapatkan pembagian tugas kunjungan ke beberapa kantor klien saya yang berada di luar kota. Kunjunagan pertama adalah kota Medan. Mendengar kota medan yang pertama kali terlintas dalam benak saya adalah danau toba. Jelas saja karena danau toba merupakan danau vulkanik terbesar di Indonesia. Tentu saja kunjungan ke Medan ini tidak akan saya sia-siakan. Walaupun hanya dapat jatah dua minggu di Sumatera Utara, seminggu di Kota Medan dan Seminggu di Pematang Siantar membuat saya mencari cara bagaimana agar saya bisa berkunjung ke Danau Toba.
Fortunatelly, ternyata kota ke dua yang saya kunjungi yaitu Pematang Siantar tidak begitu jauh dari danau toba sehingga saya memutuskan untuk meminta klien saya menemani saya untuk berwisata ke tempat tersebut.
Sebelum bercerita tentang perjalanan ke sana, saya ingin memaparkan sedikit pengetahuan saya tentang danau toba yang sudah saya rangkum dari berbagai sumber.
Danau Toba adalah sebuah danau vulkanik dengan ukuran panjang 100 kilometer dan lebar 30 kilometer yang terletak di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Danau ini merupakan danau terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara. Di tengah danau ini terdapat sebuah pulau vulkanik bernama Pulau Samosir.
Diperkirakan Danau Toba terjadi saat ledakan sekitar 73.000-75.000 tahun yang lalu dan merupakan letusan supervolcano (gunung berapi super) yang paling baru. Bill Rose dan Craig Chesner dari Michigan Technological University memperkirakan bahwa bahan-bahan vulkanik yang dimuntahkan gunung itu sebanyak 2.800 km³, dengan 800 km³ batuan ignimbrit dan 2.000 km³ abu vulkanik yang diperkirakan tertiup angin ke barat selama 2 minggu. Debu vulkanik yang ditiup angin telah menyebar ke separuh bumi, dari Cina sampai ke Afrika Selatan. Letusannya terjadi selama 1 minggu dan lontaran debunya mencapai 10 km di atas permukaan laut. (Wikipedia)
Sampai sekarang saya masih belum bisa membayangkan sebesar apa letusan tersebut.
Setelah melakukan negosiasi dengan klien saya, saat itu kami memutuskan untuk berangkat pada hari minggu saja, sehari setelah kedatangan saya di Pematang Siantar. Awalnya saya ingin menginap di pulau Samosir sehingga mempercepat kedatangan saya dari Medan ke Pematang Siantar. Namun karena kondisi cuaca yang tidak memungkinkan sehingga kami memutuskan untuk berangkat minggu pagi.
Pagi-pagi sekali saya di jemput klien saya di Hotel tempat saya menginap. Perjalanan dari Pematang Siantar menuju Parapat hanya membutuhkan waktu lebih kurang 2 jam. Saya begitu menikmati perjalanan tersebut, karena sepanjang perjalanan yang kami temui merupakan pemandangan alam yang tidak pernah saya dapatkan di Jakarta. Gunung, sawah, hutan karet dan beberapa pemandangan alam lainnya.
Setelah kurang dari dua jam perjalanan akhirnya kami sampai juga di Parapat. Saat pertama kali membuka pintu mobil, cuaca yang saya rasakan sangatlah dingin. Mendung dan sedikit gerimis, kombinasi yang sangat bagus untuk menikmati ke indahan Danau Toba Saat itu.
Kesan pertama yang saya rasakan saat pertama kali melihat danau tersebut adalah "LUAS". Saya tak henti-hentinya menahan nafas melihat pemandangan bagus yang terhampar indah di depan saya.
Saya dan Mba Dwi (Klien) dengan latar belakang danau Toba
Setelah berkeliling-keliling di pinggir danau selama kurang lebih 10 menit, kami memtuskan untuk menyeberang ke Pulau Samosir. Sayang sekali kalau sudah ke Danau Toba tidak menyempatkan diri untuk mampir ke Pulau Samosir.
Perjalanan dari Parapat ke Pulau Samosir ditempuh kurang lebih 30 Menit menggunakan Kapal. Cukup dengan membayar 20rb Rupiah sudah termasuk ongkos untuk menyeberang balik ke Parapat.
Sekali lagi cuaca mendung dan berangin membuat saya begitu menikmati perjalanan karena tidak perlu khawatir kepanasan karena sinar matahari.
Sebelum bertolak ke Pulau Samosir kapay yang kami tumpangi mengajak kami ke batu Gantong terlebih dahulu, batu yang menurut kepercayaan setempat berbentuk anjing yang sedang tergantung di tebing yang curam. Saya tidak dapat melihat begitu jelas karena ukuran batu tersebut sangat kecil.
Tebing dimana terdapat batu Gantong dilihat dari jauh
Hijau dan tenangnya arus air Danau Toba di permukaan yang menandakan danau tersebut sangat dalam
Perlahan kapal yang kami tumpangi terus berlayar menuju Pulau Samosir. Dari kejauahan terlihat di pulau tersebut bertuliskan "samosir" yang sengaja di bentuk dari beberapa pohon. Sepanjang perjalanan yang disertai angin sepoi-sepoi membuat saya sedikit mengantuk, namun indahnya pemandangan sekeliling kembali menyadarakan saya untuk terus menikmati sisa perjalanan.
Tidak lama kemudian kapal yang membawa saya bersandar ke pelabuhan Tomok yang terletak di Pulau Samosir. Karena kebetulan hari minggu, pelabuhan pun dipenuhi banyak wisatawan lokal maupun mancanegara. Di Pulau Samosir saya memutuskan untuk belanja oleh-oleh untuk rekan-rekan saya.
Setelah puas belanja saya diajak untuk mengunjungi pertunjukan patung si gale-gale. Untuk melihat pertunjukan tersebut cuma dibutuhkan duit 5 ribu rupiah (Dulunya gratis). Si gale-gale merupakan patung yang bisa bergoyang diiringi musik tradisional suku batak.
Atap Rumah Adat Khas Suku Batak
Patung Si Gale-Gale yang Tengah Menari disaksikan Banyak Penonton
Setelah puas melihat-lihat pertunjukan si gale-gale dan mengunjungi makam raja, kami memutuskan untuk kembali ke pelabuhan Tomok. Dari pelabuhan Tomok, Pulau Samosir kami kembali berlayar ke Parapat. Perjalanan balik ke Parapat juga hanya membutuhkan waktu kurang lebih 30 Menit.
Setelah sampai di Parapat kamipun melanjutkan perjalanan pulang ke Pematang Siantar. Perjalanan pulang kami melewati rute yang berbeda dengan sebelumnya. Rute yang kami lewati saat jalan pulang sungguh lebih menakjubkan. Dari tebing-tebing tinggi sepanjang perjalanan pulang terlihat sekali keanggunan dan ketenangan danau toba yang terlihat dari ketinggian.
Saya berpose dengan latar belakang danau toba dari ketinggian
Beberapa view yang di ambil dari atas tebing
Setelah melewati jalan yang berliku-liku kamipun melewati perkebunan teh sidamanik yang dikelola oleh PTPN IV. Lagi-lagi cuaca mendung membuat saya tak henti-hentinya berucap syukur karena telah dibeli kesempatan untuk mengunjungi tempat-tempat yang sangat indah yang terletak di Provinsi Sumatera Utara ini.Pemandangan-pemandangan yang membuat saya merinding saking indahnya.
Mendung di Kebun Teh Sidamanik
Saya dan Mbak Dwi
Perjalanan ke Danau Toba pun berakhir dengan senyum yang tak henti-hentinya menghiasi bibir saya. sungguh menakjubkan pemandangan alam disana. Saya berharap bisa mengunjungi tempat-tempat lain yang sama bagusnya dengan danau toba (Tentunya dengan memanfaatkan perjalanan dinas).
No comments:
Post a Comment