Sunday, June 8, 2014

Mengenang Mendung

Suatu ketika, disaat langit menggelap mencari makna
Aku terdiam di bawah sudut kelam yang menghitam
Bayang awan yang menutup tabir
Mengingatkanku akan takdir
Lihatlah langit itu..
Bukankah gelap menghanyutkan?
Mendekap terang pada suatu petang
Kali ini aku bertanya pada mendung
Kenapa setiap kali dia datang
Hujan seakan berteriak untuk turun?
Kadang biru tak selalu haru
Putihpun belum tentu menyaru
Kenanglah..
Mendung takkan pernah mau memberi hangat



Menatap langit hingga kalap
Pecah..
Awan memainkan perannya
Hingga biru tak lagi menyisa



Semua tersembunyi
Matahari menghilang
Biru pulang berjuang
Hingga yang ada hanya aku mengenang

Mengenangmu seperti merindu mendung
Kemarau panjang tanpa ujung
Hingga suatu senja aku dihampiri mendung
Membawakan setetes rindu kemudian menggunung

Sebutir pasir yang tersisa disore itu
Aku diam, hanya bisa diam
Kemudian mendung menuntunku
Kesuatu tempat dimana hanya ada aku dan khayal

Kamu?
Apa yang kamu harap dari mendung?
Kutunggu jawabmu dikala senja berganti malam

Seberkas sinar yang hampir hilang ditelan mendung
Sungguh aku ingin pulang padamu
Mendekapmu, dan meneriakkan rindu yang menderu

Aku beridri disini
Di tempat dimana aku bisa dengan kalap menatap mendung

8 Kota..
Iyaa.. tempat berbeda yang aku datangi
Mendung mengikutiku
Menghanyutkanku dalam khayal
Mencari dimana keberadaanmu

Mendung disalah satu sudut kota Bandung

Setangkub mendung di Tangkuban Perahu

Danau Dibawah yang diselimuti mendung

Sebuah bukit dan mendung di kaki langit Painan

Jakarta dengan segala cerita tentang mendung


Di Bali mendungpun bersemayam

Hanya senja biasa dijalanan mendungnya kota Medan

Mendungnya Kawah Putih

Puaskah?
Sudahkah kau tatap mendung sore ini?
Kenanglah aku, Kenanglah mendungmu...

Jakarta, 9 Juni 2014






No comments:

Post a Comment