Selamat Jalan, Senja
Malang, 20 Juli 2013
06:01 Pm
Suatu ketika dikala senja membabi buta dengan jingga
Kita beradu tatap dalam diam pertanda senyap
Kau menatapku dalam, diujung tatapmu aku menyelam
Hari itu tidak ada kata yang sanggup melompat
Semua tertahan, hanya tertelan
Kita memupuk ragu, semua tertuang dalam bisu
Senja itu di beranda, semesta memberikan pertanda
Bahwa perpisahan, tak mungkin lagi terelakkan
Bahwa kepergian, memang sudah membuka jalan
Aku tak sanggup berbicara, kaupun tak menyuarakan kata
Semua terbagi dalam sepi, hingga senja tak lagi berapi
Kemudian aku berpaling, kaupun semakin hening
Aku mencari cara dimana masa berhenti berkelana
Hingga waktu tiba-tiba mati, dan kita pun akan tetap seperti ini
Bersatu, saling menggenggam membunuh waktu
Berdua, hingga sunyi tak lagi memberi makna
Kemudian kau berdiri, pertanda kau harus segera pergi
Ingin sekali aku menahanmu, namun semesta telah menjemputmu
Ingin sekali aku mengejar, namun sakit yang sedari tadi kutahan tetiba
menjalar
Tanpa kata kau menjauh
Dan aku hanya bisa menatap punggungmu yang rapuh
Mungkin memang sebaiknya begini
Tidak ada kata pisah yang membuat pipiku basah
Tidak ada janji untuk kembali yang membuatku terus menanti
Selamat jalan, kata yang tadi tertahan akhirnya kuucapkan
Aku tahu kau tak mendengar, namun hatimu pasti sadar
Mungkin suatu saat kau ingat jalan pulang
Mungkin suatu saat aku mencarimu dan berjuang
Namun tidak saat ini, tidak di senja ini
Arinda